Bedah Cerpen Kakus Umum, karya Yasunari Kawabata

Perhatikan kalimat pembuka Cerpen Kakus Umum karya Yasunari Kawabata berikut ini:

Suatu musim semi, dahulu kala di Arashiyama, Kyoto. 

Kata pembuka yang biasa saja, barangkali untuk sekarang ini sudah tidak efektive, apalagi dengan tambahan dahulu kala. Agak klise.

Para wanita dari keluarga terpandang di Kyoto, anak-anak gadis mereka, para geisha dari kawasan pusat hiburan, dan para pelacur datang mengenakan pakaian musim semi untuk menonton bunga sakura yang mekar.

Walaupun setelah membaca itu saya tidak tertarik membaca lanjutannya, namun kalimat itu tidak membosankan, dengan tidak terlalu banyak memberikan kata penghubung, hanya satu kata penghubung tiap koma yaitu dan. Jelas kalimat berkelas. Tidak kaku.

"Kau jangan salah sangka. Kakus punyaku tidak akan jorok seperti punya Hachihei. Telah kudengar bahwa upacara minum teh populer di ibukota. Jadi aku bermaksud membangun kakus mirip upacara minum teh."


Kesan pertama saya dibuat nyengir, imajinasi yang liar. Walaupun agak jorok, membayangkan minum teh dan kakus umum.

Dan di sini konflik mulai ada, dimana bisnis kakus umumnya tidak berjalan lancar. Perhatikan kalimat di bawah ini.

Para wanita dari kota memandangi kakus itu dengan penuh damba, namun mereka merasa sayang karena kakus itu terlalu bagus untuk dipakai.

Dan keeskoan harinya, si pria itu pergi dengan memabwa bekal makanan yang disiapkan istrinya. Tak lama kemudian kakusnya ramai, dan meraup untuk 8 kan.

Saya penasaran sampai di sini. Ada bagian yang dilompati, atau tidak diceritakan. Kok bisa jadi ramai? Bahkan penghasilan yang didapatinya itu bisa untuk membeli anggur, dan saat istrinya menanti kepulangan suaminya. Nah di sinilah, bagian yang dipotong itu, puzzle yang disembunyikan itu baru ditunjukan.

"Dia tewas dalam toilet Hachihei, mungkin karena encoknya kumat."

Fiksi banget kan. Tidak klise juga. Tidak harus serangan jantung. Bayangkan betapa liarnya Kawabata. Mati waktu boker. Haha

Jadi ketika pria itu keluar, ia pergi ke kakus umum saingannya, dan setoap ada orang yang mendekat ia berdehem, dan terus berdehem sampai suarnya serak, dan akhirnya sorenya ia tak bisa berdiri.

Semakin fiksi kan. Justru hal ini memunculkan kesan komedi.

"Sayang sekali. Padahal dia orangnya rapi."
"Tanpa tandingan."
"Itu bunuh diri paling indah di seluruh Jepang."
"Kakus sang Budhha."
Dari percakapan di atas, jelas kalimat yang melebih-lebihkan, dan teknik seperti ini cukup efektive untuk memunculkan kesan komedinya. Tapi tema bunuh diri yang diusung di atas bila dikaitan dengan kakus umum (dilihat sebagai kotoran). Di benak saya, membentuk gagasan bahwa bunuh diri adalah perbuatan kotor, busuk, dan memalukan, atau membuang nyawa seolah membuang tai. Atau menyindir Jepang yang memiliki tingkat bunuh diri cukup tinggi, dan kotoran? Apa maksudnya?. Bila memang demkian, tentu sangat disayangkan karena penulisnya sendiri bunuh diri, kata orang, tapi entah kenapa saya percaya itu hanya kecelakaan.

Demikan Bedah Cerpen Kakus Umum, karya Yasunari Kawabata. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Bukan Pasar Malam Sempat Dilarang Beredar

Review Buku Kafka On The Shore, Haruki Murakami

Review Novel Scarlet Letter, karya Nathaniel Hawthorne