Review Buku, Kobie Tigabelas Tahun, karya Candid F Ransom

Salah satu buku yang sangat menarik untuk dibeli bagi saya adalah buku bekas, bahkan saya pernah menemukan buku Makam Bunga Mawar, cerita silat yang sebenarnya bukan generasi saya, dengan penulisan, “u” masih “oe”, dan “j”, masih “dj”, lembarannya telah sobek-sobek, dan susah dibaca, dan tentu saja akhirnya tak saya baca. Ketika melihat buku Kobie Tigabelas Tahun yang kusam, dan diterbitkan tahun 1992, saya langsung mengambilnya. Waktu itu saya memang tidak peduli apakah itu buku remaja atau bukan, yang penting bagi saya, apakah diterbitkan di bawah tahun 2000, atau di atasnya.

Buku Kobie Duabelas Tahun ditulis oleh Candid F. Ransom, judul aslinya: Thirteen. Buku yang saya baca ini merupakan terjemahan Indonesia, diterbitkan Gramedia. Kesan pertama melihat buku ini, ah paling sama dengan buku-buku remaja pada umumnya tentang cinta-cintaan.

Ternyata, ada perbedaan yang cukup mencolok, buku ini fokus pada Kobie, sebagai contoh anak berusia 13 tahun pada tahun sembilanpuluhan menghadapi masa remajanya. Bagaimana mereka mulai melirik lelaki, bagaimana kehidupanya di sekolah yang saling ingin diakui. Ia sangat sulit bersosialisasi dengan orang lain. Pada tahun itu, bahkan mereka sudah mulai mencoba lipstik, pakai rok pendek dan sebagainya untuk memikat para lelaki.

Yang menarik di sini Kobie dan Gretch merupakan dua hal yang berlawanan, Kobie sangat tidak menonjol dan bisa dibilang culun, dan jelek dengan rambutnya yang kriting sedangakan Gretch sangat cantik dan digemari banyak teman wanita di sekolah, bahkan disukai oleh para lelaki. Kobie bisa dibilang ornag yang ketinggalan jaman, dan aneh, Sedangkan Gretch orang yang umum.

Cerita dimuali pada tigapekan duasetengah hari sesudah usia Kobie yang ketigabelas. Pada bulan Agustus, keluargnya menyewa sebuah rumah pantai kecil lantai dua, Kobie dan Gretch adalah sahabat yang tak terpisahkan, siang dan malam selalu bersama. Meributkanm bentuk kaki, kuku, dan membicarakan penyewa lantai atas.

“Lagi pula,” katanya lagi, “kok rasanya terlalu kekakanak-kanakan, Kobie. Menggerayangi lemari pakaian orang. Itu mainan anak-anak.”

Gretchen walaupun masih tiga belas tahun, sudah dewasa. Apalagi seringnya ia mulai mengecet kukunya, mengurus wanra kulit dnegan berjemur di bawha sinar mentari, dan mendengarkan radio.

Sampai akhirnya radio Gretch memutar lagu Mr. Tamborine Man, karya Bob Dylan, yang sekarang telah mendapatkan hadiah Nobel. Tiba-tiba setelah mendengarkan lagu itu Kobie merasa menjadi seorang yang berbeda.

...sebuah lagu di radio telah mengubah aku dari seorang anak kecil menjadi remaja.

Entah kenapa saya teringat pada suatu malam ketika membeli makan di sebuah warung makan langganan saya di mana anaknya yang wanita, masih SD menyetel musik keras-keras lagu tentang cinta, kangen kamu, belaian dan lainnya. Si anak sangat hafal liriknya, ia menyanyikan lagu itu dengan senangnya. Saya yang duduk di sebelahnya merinding.

Dan dalam abad 21 ini, banyak sekali anak-anak yang lebih cepat remaja, ibarat buah yang masih kecil namun dipaksa masak, pernah juga teman mengirimi video seorang anak yang menangis diiringi musik pop tentang pacar; aku tak sanggup hidup tanpamu, yang tak lain adalah saran untuk bunuh diri.

Kembali ke bukunya, pada malam hari terkahir di penginapan itu, mereka menghabiskan waktunya dengan pergi ke pasar, salah satu yang dikunjungi adalah mesin ramal Madame Zaza, itupun karena ada lelaki ganteng di sana. Kertas putih yang didapatinya setelah memasukan uang satu sen itu berbunyi: SEBUAH KAMAR TANPA KACA ADALAH TUBUH TANPA JIWA. Yang sepertinya ada kaitannya dengan lagu Mr. Tamborine Man, liriknya kurang lebih kekaguman seorang pada pemain tamborin, karena si pengagum tidak memiliki tujuan hidup, ia mengikuti kemanapun pemain tamborin pergi. Saya pikir itu simbolisme Gretch. Artinya, Kobie yang tidak memiliki tujuan, ingin mengikuti Gretch yang ingin tampil mencolok, yang pakai stocking, rok pendek, lipstik, mengecat kuku di usia 13 tahun. Kemudian Gretchen yang memasukan uang satu sen dan memasukan ke mesin ramal, dan mendapatkan ramalan: HARI-HARI KELABU AKAN MENJELANG DIRIMU;....

Di sekolah, Kobie susah payah untuk bersosialisai, bahkan sering dijahili Stuart Buckley sampai babak belur, sedangkan Gretch dengan mudahnya populer, dan mendapatkan pacar. Semakin diperjelas simbol Mr. Tamborine Man dengan Kobie minta dibelikan baju baru untuk pesta dansa, sesuai saran temannya. Kobie juga ngambek ingin dibelikan make up.

Yang saya kagumi dari Candid F. Ransom adalah cara menceritakannya yang jenakaa lewat kepribadian Kobie

Demikian Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Bukan Pasar Malam Sempat Dilarang Beredar

Review Buku Kafka On The Shore, Haruki Murakami

Review Novel Scarlet Letter, karya Nathaniel Hawthorne