Review Buku Lelaki Tua dan Laut, Ernest Hemingway

Lelaki Tua dan Laut, Ernest Hemingway
Ini kali kedua saya membaca novel Lelaki Tua, dan Laut, karya Ernest Hemingway. Novel ini menjadi semacam buku motivasi secara tidak langsung. Pertama kali membacanya, kalimat yang mengena adalah singa-singa yang berjalan di sepanjang pantai Afrika. Sedangkan sekarang, saya terbayang tentang hiu-hiu yang melahap ikan yang ditangkapnya.

Diawali dengan sosok lelaki tua yang memancing ikan sendirian di tengah laut, dan selama delapanpuluh empat hari tak mendapatkan seekor ikan. Namun si lelaki tua masih tetap melaut. Keyakinan bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan seekor ikan begitu kuat.

Alih-alih terpikir seekor ikan, yang terlintas dibenak saya tentang impian. Barangkali, ikan ini simbol dari impian si lelaki tua, atau angan-angan si lelaki tua. Tapi bukankah sebelumnya ikan yang besar itu hanyalah angan-angan saja. Hanya imajinasi.

Semakin diperjelas ketika si anak lelaki yang pada awalnya ikut membantu si lelaki tua namun karena tak mendapatkan seekor ikanpun, ia dilarang untuk berlayar bersama lelaki tua itu oleh ayahnya. Setiap hari di teras, ia membicarakan tentang hal-hal yang sebenarnya hanya ada dalam angan-angan  mereka seperti pertandingan baseball, jaring, dan lain-lain.

Namun keesokan harinya si lelaki tua, dengan bekal seadannya akhirnya mendapatkan seekor ikan yang sangat kuat tarikannya, Ikan itu terus menyelam, dan membuat si lelaki tua kewalahan. Karena bila menarik tali akan membuat mulut ikan sobek, lalu lepas, maka si lelaki tua membiarkan sang ikan terus menarik kailnya ke bawah, di lautan yang gelap.  Selama beberapa hari ikan itu berjuang menyelamatkan diri, dan si lelaki tua tetap sabar, menunggu. Secara sekilas ini pertarungan anatara si lelaki tua, dan ikan yang besar.

Demi mendapatkan ikan itu, si lelaki tua pun bermalam di tengah laut sendirian, memakan ikan-ikan kecil mentah, hingga makan lumba-lumba. Dengan persediaan air yang sedikit, dan persiapan yang kurang memadai, si lelaki tua terus berusaha menaklukan sang ikan. Rasa mual karena makan ikan mentah, tangah gemetar, dan kepala pusing, serta kurang tidur ia rasakan.

Lelaki Tua dan Laut, Ernest Hemingway
Dan ketika akhirnya ikan itu menyerah, muncul ke permukaan, si lelaki tua tak percaya betapa besar, dan panjang ikan itu sehingga tak muat di perahu, karena itulah ia mengikat ikan itu di perahu dan menyeretnya sembari pulang.

Namun saat dalam kesenangannya itu, darah ikan besar itu, yang terbawa arus mengundang ikan hiu. Hiu itu melahap sebagian ikan miliknya. Dan si lelaki tua berusaha untuk mempertahankan apa yang didapatkannya. 

Agak terdengar seperti, lebih mudah meraih, daripada mempertahankan.

Hiu pertama ditusuk dengan kait yang biasa digunakan untuk membunuh ikan buruannya. Iapun berfikir, kalau hiu lain akan datang.
Dan benar, hiu lain pun datang, karena kaitnya ikut tenggelam bersama sang ikan. Ia tak memiliki lagi benda untuk melawan. Namun si lelaki tua tetap berusaha dengan mengikat pisau pada salah satu gayung. Dan pisau itupun putus walaupun hiu itu telah berhasil ditusuk.

Menjelang malam, si lelaki tua itupun akhirnya meenyerah ketika hiu-hiu lain datang lagi. Ia membiarkan memakan ikan buruannya. Perahu terasa ringan, dan setelah berhari-hari di tengah laut sendirian, ia akhirnya bisa pulang hanya membawa kerangka ikan besar. Orang-orangpun takjub betapa besar, dan panjang ikan itu.

Si anak lelaki menangis melihat kondisi temannya, si lelaki tua yang terluka. Iapun merawatnya, dan kemudian meminta agar ia ikut ke perahu bersama si lelaki tua. Dan berkata, agar lebih mempersiapkan peralatan lagi bila esok akan melaut.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Bukan Pasar Malam Sempat Dilarang Beredar

Review Buku Kafka On The Shore, Haruki Murakami

Review Novel Scarlet Letter, karya Nathaniel Hawthorne