Review Buku Kafka On The Shore, Haruki Murakami



Ini novel pertama karya Haruki Murakami yang saya baca. Sebenernya saya sempat membacanya dulu namun tak sanggup menyelesaikannya karena banyak hal-hal surealis yang membuat pusing dalam novel ini. Namun sekarang saya mencoba membacanya lagi, dan tentu saja bertahan hingga akhir.

Butuh tiga atau empat hari bagi saya menyelesaikan novel setebal 600 halaman ini. Ceritanya fokus pada Kafka Tamura, dan Nakata yang mungkin secara simbolik ada yang menyebutkan bahwa mereka satu orang. Singkatnya dua sifat yang berbeda dalam satu tubuh.

Namun benang merah cerita ini menurut saya tentang Kafka Tamura, seorang anak yang kabur dari rumah, mencuri uang ayahnya, mencoba bertahan di luar rumah, sebagai remaja berusia limabelas tahun yang paling tangguh di dunia.

Ketika Kafka berumur 4 tahun, ia ditinggal oleh ibu dan kakaknya. Dan ayahnya yang seorang pematung memberikan ramalan bahwa kelak ia akan membunuh ayahnya, dan mengawini ibu dan kakaknya. Seperti mitos oidipus.

Hal-hal aneh akan kita temui dalam novel yang mungkin erat bagi yang tidak menyukai/sedikitpun memahami aliran surealisme/absurdme/realismemagis. Kita akan menemukan tentang orang yang berbicara dengan kucing, membunuh kucing, badai, bayangan yang pucat, berbicara dengan batu, hujan ikan, hujan lintah, petir, hingga perang. Semuanya nampak tak berkaitan satu sama lain kan?

Bahkan dari bab satu ke bab lain pada walnya tidak berkaitan, sebab pada bab satu membahas Kafka Tamura yang kabur dari rumah, bab dua membahas Nakata mengenai perang, dan piknik. Hal itu juga terjadi di bab-bab selanjutnya. Hingga pada akhirnya menemui titik terang pada bab-bab akhir. Mungkin itulah kenapa alurnya dibilang unik.

Dari semua itu tentu saja ada pembahasan yang ringan, dan terus terang dari musik Beethoven, filsafat, hingga tentang cara menulis. Apa saja dibahas Murakami, dari selancar, beli makanan di supermarket, jalan-jalan dst. Entahlah apa ini disebut detail atau bertele-tele.

Selain itu ada beberapa hal populer yang dibahas mulai Kolonel Sanders, pria berjenggot, pendiri sekaligus ikon KFC, Mickey Mouse, ikonnya Disney, internet dst. Bisa dibilang ini novel populer modern. Posmoderen? Saya tidak terlalu paham jenis seperti itu. Namun barangkali hal-hal seperti ini menjadikan Murakami disukai oleh kaum milenial.

Saya pikir, buku ini layak dibaca, namun butuh kesabaran untuk menyelesaikan, terutama mencernanya.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Bukan Pasar Malam Sempat Dilarang Beredar

Review Novel Scarlet Letter, karya Nathaniel Hawthorne